MENYELAMI MUTIARA DIJANTUNG BUNDA
Oleh : Andi Bahtiar
Angka angka kebesaran yang ku ambil dipematang sawah
Bersama untaian rindu bunga impian
Gemercik angin mengibarkan daun-daun siwalan
Memanggil mentari
Pada gesekan reranting
Selepas panas itu,
Kulihat wajah-wajah meneteskan keringat
Seperti gigil rindu dalam bayang-bayang Pegunungan
ramai dengan pemuja keagungan
ingin kupinang anak-anak batu
Lewat desau burung diranting rapuh
terikmu mendinginkan hatiku
Atas semua kebesaran
Sesaat kulihat wanita pencari kayu
Berlepasan tangan dengan rongsokan daun
Serta kotoran-kotoran hewan
Meski panas kini menjulang diatasnya
Namun hati besarnya ingin selalu tegar
Menemani waktu
Menggali nasibnya ditengah belahan bumi
Bola mataku kini berpijar lepas
Seperti kembang dihulu-hulu sungai
berdempetan dengan batu dan tanah
Yang menyimpan logam
Akupun ingin berlayar;
Dari daun kedaun membisikkan rindu
Menikmati terik matahari
Diatas gunung-gunung yang menyimpan seribu sungai
KADO BUAT PARA NELAYAN
Oleh : Andi Bahtiar
Kemaren aku titipkan karangan bunga
Sehabis perahumu membawa laut
Ketengah deburan ombak
Pekabar sore itu, Pak !
Senja mulai rindu tentang dayungmu
Dengan denting suara yang menuturkan kemenangan
Anak-anakmu menunggu ditepian
Hingga laut yang begitu panjang menjadi
sketsa rumah-rumah pasir
Dan, Hatimu yang begitu tegar
memanggul rumah harapan
diatas deburan ombak;
Seperti para penggali batu, pasrah !
Namun, pena dayungmu
tidak pernah kupakai diperguruan tinggi
yang Menunnjukkan sebuah keberanian
Untuk melukis langit dengan pohon kecil tanpa akar
merindukan pulau-pulau yang dilipat
Dalam saku anak-anak para nelayan.
Sumenep, 11-13-2011
TENTANG MIMPI
Oleh : Andi Bahtiar
Sehabis berucap do’a pada nenek moyangku
Kampung-kampung ini kubangunkan
Istana yang begitu megah
Pada malam tanggal 1 syawal ;
kupanggil ribuan bulan
Dan Bintang
Untuk melihatnya
Sebagai pembangunan terbesar yang dilakukan
Oleh anak-anak petani;
sebuah desa yang sangat terpencil
dibesarkan dari kicau burung
Serta kasih sayang seorang bidadari
Perjalananku dengan jibril
kucatat diatas butiran-butiran debu
biar digali oleh penduduk setiap hari
sumenep, 22-01-2011
PANEN EMAS
(Buat Petani Tembakau)
Oleh : Andi Bahtiar
Satu tahun aku menunggumu
Dengan kunci kesabaran
Meski hujan dan panas mengguyur tubuhku
Saudaraku tetap sabar menunggu
Diakhir agustus yang cemerlang ini
Disaat rakyat merayakan upacara kemerdekaan
Menyanyikan lagu kebanggaan ;
menjadi bangsa yang kaya
Sambil memberimu air minum yang cukup
Karena kulihat terik matahari membuatmu begitu haus
rasa letih dan kucuran keringat
Yang membasahi negeri ini;
Kulihat engkau tersenyum
Membawa kabar keberuntungan
diatas tanah coklat ini
Akan lahir masa kejayaan
Yang menjadi harapan
Untuk bertahan sebagai holifah
Sumenep.12-08-2011
HISTORIKA MALAM DISEBUAH DESA
Oleh : Andi Bahtiar
Hening ; angin berucap mantra
Dipadang-padang karbala
Menyusuri reranting digelap petang
Melukiskan hujan disaat purnama
Rasa dingin diujung malam
Meretaskan mimpi dipucuk daun
tentang pertemuanku dengan hidir
Dalam sebuah sajak
Dan Seliur angin yang menepis di bilik gubuk
Mengajaknya berdansa dipertengahan petang
Namun disaat teriakanku membekukan malam
Dalam sajakku, kupinang kesunyian desa
Dengan kalimat pujian
Seperti taburan bunga menjelang pesta kematian
Malam terus berlayar dipadang-padang tandus
Melihat orang –orang yang tidur
Beralaskan tikar daun siwalan begitu nyaman
Karena besok akan bermain kata-kata
Diatas tanah-tanah coklat
dan gundukan batu-batu harapan
sumenep, 25-06-2010
Tidak ada komentar:
Posting Komentar